Rabu, 23 Desember 2009

Selamat Jalan Sahabatku Muhammad Rosyad [Ocad]

Tak kuasa aku menahan haru…didepan peti jenazah yang telah tersegel. Air mata pun tumpah. Tak kusangka dan tak dikira, begitu cepat dia pergi.teringat semua kebaikan yang tanpa pamrih nan tulus itu. Semua kebaikannya melintas jelas dibayangan mata, dan betapa aku sangat berdosa dengan kebaikan-kebaikan sahabatku itu, karena terkadang aku egoisku yang terlalu tinggi, tapi betapa ia sangat bersabar tidak pernah marah dan senyum…

iya kalau aku marah dia biasanya justeru tersenyum…

Beberapa tahun yang lalu, begitu mengetahui posisiku di Jakarta dia-lah yang sangat antusias ingin ketemu. Begitu tulus dia ingin menyambung tali silaturrahmi sesama kawan dari Denpasar, tidak peduli siapapun. Dialah yang dijadikan tujuan teman-teman apabilah datang ke Jakarta dan menghubungkan dengan teman-teman yang lain.

Awal mula ketemu di Jakarta kami janjian di Blok M dia mengajakku makan dan mengajak keruma kakaknya di Kemang. Beberap kali aku sempat menginap dirumah kakanya di Kemang. Ketika itu obrolan kita adalah seputar siapa saja teman yang ada di Jakarta, dan akhirnya saling informasi pun tersambun dengan beberapa teman seangkatan sepeti Arik Tafia, Suharto, Taufik Syarief, Pipit , Vera dan beberapa teman yang lain semua itu tak terbatanhkan adalah peranan Ocad yang sangat baik terhadap teman-temannya.

Begitulah Ocad, sosok yang sederhana dan baik. Diselah kesibukannya di meluangkan waktu bagi teman-temannya. Dan yang kutahu, betapa rajinnya dia bekerja, ketika aku menginap di tempat kakaknya, jam 6 pagi dia sudah bersiap diri untuk berangkat kebkantor [di bandara Soekarno-Hatta], aku pun di persilahkan untuk tetap tinggal dan berangkat agak siang karena lokasi kerjaku yang cendrung dekat. Walaupun dia kerja di luar bidang keilmuan, betapa salutnya aku ketika ia menunjukkan beberapa materi dan kliping tentang ilmu HPT dari situ ku tahu betapa Ocad sangat menintai bidang keilmuan ini, dan diselah-selah kesibukannya juga dia masih antusias untuk melanjutkan kuliah lagi untuk S2 program karyawan yang masuk hari Sabtu dan Minggu [untuk yang ini aku lupa di PT apa dia kuliah], oh ya Ocad juga sempat bikin blog untuk komunikasi anak-anak HPT.

Antusias, ya disamping sosok yang kalem itu dia juga sangay antusias terhadap sesuatu. Suatu ketika ia menelfonku di malam pertama bulan Ramadlan, dia mengajakku taraweh bareng di Masjid Istiqlal. Luar biasa, dia yang tinggal di Kemang semangat ingin menyemarakkan ramadhan dengan taraweh di Istiqlal, waktu itu aku ngasih alternative, bagaimana kalau di Masjid Sunda Kelapa aj cad, khotibnya biasanya bagus-bagus aku bilang, dan dia pun mengiyakan.

Ya,,bagiku terlalu banyak kebikan Ocad untuk diceritakan, sampai suatu sore Arik Tafia menelponku dari Belanda dengan sesenggukan menginformasikan bahwa Ocad mendapat musibah. Antara percaya dan tidak, kucari informasi kemana-mana, dan tentu tak-ku dapatkan informasi yang memuaskan dari 1717, sampai aku mendapatkan nomor kakanya Ocad. Di rumah sakit Fatmawati,

aku hanya bias membisu memandangi peti Jenazah sahabat karib. Selamat Jalan Muhammad Ocad, sahabat yang kebaikannya terasa begitu tulus, tanpa pamrih…kepergihanmua yang dalam menjalankan rutinitas pekerjaan semoga bernilai Jihad dan kamu adalah Syahid. Semoga Allah menerima semua amal baikmu dan mengampuni segala kesalahanmu…maafkan sahabatmu ini ya cad….dan ribuan terimakasih untuk semua kebaikanmu semoga Allah memberikan balasan yang setimpal. Amin Ya Robbal Alamin.



Yang kehilanganmu

ini adalah coment terakhir Ocad terhadap Link yang aku posting.


Tidak ada komentar: